BAB IV
LIMBAH PADAT DAN PENGELOLAANNYA
I. PENDAHULUAN
Permasalahan lingkungan mencakup polusi udara, air
dan sekarang ini polusi akibat pembuangan limbah padat. Permasalahan limbah
padat telah melampaui ambang batas toleransi lingkungan dan telah mencemari
air, udara dan tanah.
Tempat pembuangan
sampah (landfill) yang sehat dikembangkan sebagai alternatif tempat pembakar
sampah yang terbuka dan sampah yang keras yang kurang baik disainnya. Dalam
banyak kasus, keputusan untuk menggunakan landfill yang baik, selain untuk
menghilangkan bau busuk dan asap dari pembakaran sampah. Pengukuran dan
pengontrolan diupayakan untuk melenyapkan gangguan kesehatan. Contohnya tikus
dan lalat. Permasalahan ini dapat dihindari, apabila pemukiman penduduk,
terletak beberapa mil dari lokasi pembuangan sampah.
Bab ini dibahas aspek
teknologi limbah padat termasuk pengumpulan dan pembuangan limbah padat.
II. SISTEM
PENGUMPULAN
Metode pengumpulan merupakan skema manajemen limbah
padat yang tidak efisien dan biaya mahal. Munich
(1968) menyatakan bahwa 79% pengelolaan limbah padat anggaran biayanya
diperuntukkan menangani mengenai masalah pengumpulan limbah padat. Sistem
pengumpulan mencakup dua komponen yaitu porsi generasi dan porsi transportasi.
A. Parameter untuk desain sistem
Pengumpulan limbah padat digolongkan dua kategori
yaitu yang terpisah dan digabung.
Pengumpulan gabungan adalah
pengumpulan semua rongsokan (rubbish) dan sampah (garbage) yang dapat
dibusukkan. Pengumpulan garbage digunakan sebagai makanan babi dan keuntungan
lagi yaitu pengurangan kandungan air untuk memudahkan pembakaran.
Pengumpulan sampah juga melibatkan
truk sebagai alat transportasi menuju tempat pembuangan akhir.
B. Out put sampah
Out put sampah menyangkut banyak variabel seperti,
wilayah geografis, musim, karakteristik sosio ekonomi masyarakat, dan frekuensi
pengumpulan.
C. Kondisi yang mengganggu dan membahayakan
kesehatan
- Penyimpan
dalam rumah dan apartemen
Limbah padat yang disimpan dan dikumpulkan dalam
rumah atau apartemen dengan cara yang tidak benar dapat membahayakan kesehatan
misalnya muncul lalat dan tikus serta emisi bau yang tidak dikehendaki. Faktor
lain yang perlu diperhatikan adalah kandungan air dari sampah tersebut. Untuk
menghindari tikus, lalat dan bau yang tidak enak, caranya meningkatkan
frekuensi pengambilan dan menggunakan kontainer.
- Pemakaian karung plastik atau kertas
mempunyai keuntungan meminimalisasi daya tarik lalat dewasa dan akan mereduksi
ovulasinya. Kerugiannya lebih mahal daripada penggunaan kaleng.
- Kebisingan
Dalam pengumpulan limbah padat, kebisingan
berkaitan dengan pengambilan sampah tersebut misalnya truk pengangkut dan
pengambilan kaleng-kaleng yang menimbulkan suara bising.
- Kaitannya dengan penyakit
Hasil survai menunjukkan bahwa limbah yang paling
sering melibatkan penyebaran penyakit adalah limbah feses (tinja).
Penyebarannya bisa melalui air atau serangga.
D. Kuantitas limbah padat
a. Limbah
padat domestik
Limbah rumah tangga merupakan campuran senyawa
organik dan anorganik disebut “rubbish” atau “trash”. Yang termasuk anorganik
adalah kaleng, logam, botol, kaca dan rongsokan rumah tangga seperti besi,
foostel, piring bekas dan sebagainya termasuk kertas.
Material
organik 50% lebih padat daripada sampah domestik misalnya kayu, kertas dan
lain-lain.
b. Limbah
lain
Limbah peruntukan mencakup, kayu, bata, semen dan
aspal serta pepohonan. Kebanyakan dari materiil ini adalah anorganik dan dapat
langsung ditentukan dalam operasi landfill. Limbah lain seperti pepohonan dan
rerumputan harus ditangani lebih hati-hati.
Limbah
industri seperti, limbah dan abatoir dan rumah pengepakkan daging.
Apartemen
memproduksi limbah padat lebih rendah perkapita bila dibanding sumber rumah
tangga tertentu.
Limbah
khusus dari pertambangan yang merupakan sumber dari air tambang yang asam,
menyebarkan asap dan belerang kedalam atmosif.
Limbah
pertanian pada daerah pedesaan misalnya limbah peternakan.
E. Metode Pengangkutan Limbah Padat
1. Packer
truk
Kebanyakan limbah domestik diangkat oleh truk dan
ditransportasikan pada tempat pembuangan, berupa landfill, tempat pembakaran,
tempat pengomposan dan beberapa fasilitas sebagai tempat pembuangan limbah
padat.
2. Sistem
transfer
Dalam pengangkutan material limbah padat, truk
pengepak menggambarkan metode yang paling efisien. Jika landfill digunakan
untuk pembuangan sampah, stasiun pengangkutan. Sistem transfer dipergunakan
untuk mengumpulkan sampah pada lokasi sentral dan kemudian untuk
pengangkutannya kedalam truk, tongkang, kereta dan sebagainya.
3. Metode
hidrolik dan pneumatis
Sistem pneumatis
dilakukan di rumah sakit, komplek apartemen dan industri sedang berkembang.
Sistem ini cukup mampu dalam perubahan praktik pengangkatan sampah padat.
Transportasi hidrolik,
pelepasan sampah pada sistem pipa dan sangat terbatas. Pada sudut wilayah kota dimana pengangkutan
sampah hidraulik lebih dapat bermanfaat dan efisien.
III. Tanah
Tempat Pembuangan Sampah
Landfill adalah penimbunan sampah pada suatu lubang
tanah, dan ini bukanlah metode yang berdiri sendiri. Karena dapat juga sistem
campuran, yang disebabkan oleh air mengalir, menembus tempat ini, ketika air
hujan berinfiltrasi ke permukaan landfill, dan ketika air ini mengalir keluar
dari landfill akan membawa berbagai mineral dan zat organik dalam bentuk
suspensi yang tak dapat dipisahkan.
Jumlah dari hasil
saringan berhubungan dengan suhu dan sifat geologi tanah, maka aliran air akan
cenderung berbentuk vertikal dan tak mempengaruhi sumber air tanah dan tidak
akan menyebabkan polusi yang berasal dari landfill.
Leaching secara
horizontal sampai pada titik celah kedap air dan menyebabkan terkontaminasinya
air permukaan, sanitary landfill sebagai suatu tempat untuk pembuangan sampah
padat tanah tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan kesehatan dan keselamatan
masyarakat.
A. Prosedur
Ada dua metode yaitu “area method” dan trench
method”. Metode “trench” disebut sebagai metode pemotongan dan pengisian.
Sebuah trench (Parit)
digali di bawah permukaan tanah dan sampah ditempatkan dalam parit dan ditutup.
Cara lain yaitu dua buah parit digali sekaligus, sampah diisikan pada salah
satu parit dan lumpur dari salah satu lubang galian digunakan sebagai material
penutup.
Jika lokasi landfill
yang direncanakan terletak di bawah tanjakan seperti lembah atau ngarai, metode
“area” digunakan. Lokasi landfill lebih tinggi dari tempat lain yang ada
disekitarnya, maka metode pengisian area landfill digunakan.
B. Pemilihan letak dan struktur geologi
Suatu hal yang perlu
dipertimbangkan suatu sanitary landfill adalah struktur geologi dan topografi
serta permeabilitas dari tanah. Pertimbangan lain adalah kedalaman air tanah,
lapisan tanah sampai lapisan batuan. Lokasi landfill akan menimbulkan efek yang
merugikan bagi air permukaan dan air tanah yang terletak di bawah dasar
landfill. Dalam keadaan demikian, maka tanah dapat diberikan beberapa renovasi
untuk menghadapi leachate. Dengan cara demikian dapat ditingkatkan kualitasnya
sebelum dipisahkan dengan air permukaan atau air tanah, aliran dari tanah ini
dapat membentuk suatu materiil penutup. Sehingga dapat menciptakan suatu
renovasi yang optimum menghadapi leachate.
Lokasi landfill harus
dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia yaitu basah dan berlumpur dapat
digunakan sebagai tempat yang baik dan cukup luas bagi santary landfill.
Ketika sebuah sanitary
landfill ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan suplay air bersih,
hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat bebatuan dan air
tanah.
Mekanisme dari formasi
leachate tak diketahui secara pasti, penelitian terakhir yang dilakukan oleh Fungaroli
dan Stuiner (1969). Bahwa leachate sebagian besar merupakan akibat dari
sanitary landfill. Metode hidrologi menunjukkan dengan sedikit air hujan maka
leachate akan terbentuk, maka sanitary landfill dipikirkan keberadaannya
sebagai sumber polusi.
C. Peralatan untuk penimbunan limbah dan
pengoperasiannya
Culham (1969), Stone
dan Courad (1969) menyelidiki suatu jenis landfill yang lebih besar diperoleh
suatu peralatan tambah untuk mengerjakan hal-hal tertentu, alat pengikis yang
cepat untuk mengangkut dan menyingkirkan material yang menutupinya, sebuah alat
penyiram pengontrol/debu, jenis peralatan tanah yang langsung dioperasikan,
traktor, bulldozer.
Sanitary landfill
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan tanah-tanah yang sebelumnya tidak dapat
dipakai. Sehingga besar dimanfaatkan kembali, sehingga menambah nilai ekonomis.
D. Aktifitas biologi
Dari sisi kehidupan
sebuah sanitary landfill akan mengalami, proses dekomposisi, secara aerob
maupun anaerob ketika pertama kali material diletakkan dalam pengisian, maka
proses dekomposisi mengarah pada peristiwa aerob, ketika komponen oksigen
dikonsumsi, maka landfill dianggap mengalami kondisi anaerob, lamanya
tergantung pada suhu dan oksigen yang tersedia. Periode dekomposisi aerob lebih
cepat dibanding dengan periode anaerob dalam prosesini.
Hasil yang diperoleh
dari dekomposisi aerob adalah asam dan alkohol, yang dikonsumsi oleh
mikroorganisme yang akan menghasilkan methana dan karbon dioksida. Gas methana
menyebabkan kondisi gas masuk ke rumah. Fist (1967) melaporkan konsentrasi
ledakan dalam penelitiannya gas lain yang diproduksi secara anaerob adalah
hidrogen sulfida yang berbau busuk dan mudah meledak.
E. Pemilihan tempat
dan penggunaan tanah
Landfill adalah tempat
penimbunan limbah / sampah yang dibakar, terletak dalam lapisan tanah yang
dangkal, dapat dimanfaatkan secara ekonomi dan politik. Seperti lapangan golf,
lahan hujan yang menarik masalah dekomposisi (pembusukan sampah) dan formasi
methana lapisan batu bara yang terbuka. Seharusnya ditutup untuk menghindari
dan monitoring sebagai alat kontrol yang baik sehingga hal-hal yang tak
diketahui bisa terjawab.
IV. PEMBAKARAN
(INCINERATION)
Tidak seperti sanitary landfill, pembakaran limbah
pada dilakukan di apartemen, supermarket, departemen store. Dengan pembakaran
dapat menimbulkan gangguan seperti debu, bising, polusi udara, telah meresahkan
masyarakat / komunitas.
A. Pembakaran On-site (ditempat)
Tempat pembakaran yang kecil didisain dengan
bermacam-macam ukuran dan perlengkapan alat bantu, yaitu minyak dan dengan
tanpa ruang pembakaran sekunder, sementara tempat pembakaran dipasarkan dengan
ukuran yang bervariasi.
Keefektifan combostion dikontrol oleh
tiga T yaitu time (waktu), temperature (suhu) dan turbulensi (pengolahan),
waktu dan turbulensi dihubungkan dengan lamanya waktu penyimpanan, turbulensi
dapat dikurangi. Penggunaan bahan bakar akan menolong mengeliminasi asap dan
bau yang diikat oleh pembakaran yang lemah.
- Alat
Pembakaran Feud-Fed
Di apartemen yang tinggi, telah digunakan sarana
pergerakan limbah dari lantai atas ke generator (pembakar).
B. Central incineration
Pembakaran pusat yang melayani unit-unit di
wilayah, metropolitan jenis alat pembakaran yang modern secara mekanik dan
arsitekturnya menarik masyarakat dapat menerima.
Pembakaran pusat dioperasikan oleh
pemerintah daerah yang dikenal adanya sistem pembakaran terpusat kontrol
terhadap polusi udara, polusi air, dan pemisahan dan karakteristik (jenis)
sampah.
Disain alat pembakaran ada dua
karakteristik dasar dan sampah mineral pada dan sampah mineral gas.
C. Problem yang berhubungan dengan pembakaran
Karena kontrol udara
yang tidak memadai pembakaran maka efisien pembakaran dapat mengganggu
lingkungan dengan perubahan, yang membutuhkan biaya tinggi, maka sistem
kemampuannya efisien harus dibuktikan.
Pada temperatur diatas
1800oF, lelehan dari beberapa metal, akan mempercepat kerusakan
tungku, sehingga jangka waktu pemakaian tungku akan lebih cepat. Terjadinya
gangguan di tempat kerja, dan pengeluaran debu yang berlebihan, sehingga
kondisi udara dalam zone tersebut, akan mengganggu penglihatan.
D. Kualitas sisa / residu
Pembuangan sisa yang
merupakan hasil dari pembakaran sampah padat dengan berbagai jenis residu.
Secara umum diasumsikan bahwa sampah basah, tidak bisa dibakar efektif sampai
kering. Bila disain tempat pembakar sampah dikembangkan dan pengolahan lebih
baik, pembakaran semua sampah akan menjadi mungkin.
Kualitas residu adalah
perlu dipertimbangkan untuk pembuangan akhir. Metode pembuangan akhir dari
residu tergantung pada jenis residu.
Karakteristik residu
hasil pembakaran lebih kompleks daripada sampah tidak dibakar, kuantitas dari
bagian anorganik yang larut dalam air. Abu sebagai hasil perubahan kertas dan
kayu sebagian besar larut dalam air, merupakan sumber utama peningkatan
material dalam air.
E. Air limbah
Air digunakan untuk
memadamkan residu, dan untuk mengendalikan emisi-emisi polusi udara, harus
dipertimbangkan sebagai sumber potensial polusi air. Secara khusus ada dua cara
pemrosesan air yaitu penumpukan dan pencelupan (Schoenberg, 1969).
Banyaknya tempat
pembakaran yang menggunakan air sebagai pengendali / kontrol polusi udara harus
dipertimbangkan sebagai residu potensial polusi air. Dengan sistem celup dapat
menyebabkan ph air turun yang bisa menyebabkan korosi.
V. PENGOMPOSAN
/ KOMPOSISASI
Untuk menstabilkan komposisasi biologis pada sampah
padat di bawah kondisi aerobik dan anaerobik. Produk akhir dari komposisasi
adalah pupuk tanah untuk tumbuhan. Nutrisi sebagai tambahan untuk
berkonsentrasi umum terhadap nitrogen, potassium, dan pospor sebagai penyubur.
Dalam penambahan untuk
membuat sampah material padat dapat berguna di lahan reklamasi, kompos
memperbesar volume reduksi sampah lebih kurang 40% - 60% dari bagian yang bisa
dikomposkan. Di Amerika, diasumsikan bahwa komposisasi sampah padat adalah
metode yang memproduksi hasil akhir dan dapat dijual dan berguna. Pemasaran
produksi akhir sebagai modal utama untuk skala besar penggunaan kompos sebagai
metode pembuang sampah padat, kompos sebagai metode pembuangan sampah padat,
kompos dapat digunakan untuk taman-taman kota.
Satu kekurangan yang dikemukakan oleh Sturkil (1969) bahwa konsentrasi larutan
garam-garaman dapat menyebabkan kerusakan daun-daunan.
A. Komposisi
Diantara penggunaan
komposisi windrow di USA
adalah untuk menyiapkan tanah jamur, komposisi tubuh hewan untuk tanah komersil
yang memberikan keuntungan dan untuk memperluas tanah Windrow di Guesthon
sebagai modal utama.
Komposisi windrow yang
efisien dengan mengurangi sampah padat yang lebih kecil dengan ukuran yang
sama. Jenis sampah yang tidak dapat dikomposkan seperti logam dan gelas
material ini secara manual diambil untuk digiling.
Lamanya waktu yang
digunakan untuk memproduksi kompos bervariasi dengan kali kompos dari
balik-balik dan juga temperatur kompos. Waktunya 3 – 4 minggu atau untuk
beberapa bulan. Temperatur lingkungan dan komposisi kimia dan material kasar
juga merupakan faktor yang menentukan waktu.
B. Proses Komposisasi
Prosedur komposisasi
digunakan ketika batas lahan tidak memungkinkan komposisasi windrow
dipraktekkan. Menempatkan sampah dalam disgestor dan menyediakan udara dari
peniup mekanis, sebagai metode windrow yang dimodifikasi. Karlur peniup mekanis
digunakan untuk menekan udara melewati tiang tidak perlu lagi membalik kompos
agar mendapat oksigen.
Keseimbangan biokimia
tehrmofilis didapatkan dalam periode yang singkat dan daya operasi komposisasi
bisa secara jelas terkontrol dan dioperasikan pada basis yang berlanjut.
Kadang-kadang kompos dibalik untuk memberi jalan pada udara dan untuk mencampur
kelembaban dalam material kompos.
C. Pertimbangan khusus
Pertimbangan
mikrobiologis dalam mengkompos, sangat penting untuk mengontrol kualitas produk
dan operasi mesin. Batasan dari efek terbesar adalah PH, kelembaban, temperatur
dan zat-zat yang ada. Setiap faktor ini bisa memberikan kemampuan proses fungsi
secara efisien. Setiap metode komposisi windrow dan disgester, menurut nilai
spesifik atau konsentrasi setiap parameter.
VI. ANEKA
CARA PENANGANAN SAMPAH
A. Hydropulping (Pembuburan encer)
Hydropulping adalah
sebuah teknik penanganan sampah, khususnya kertas dan makanan, disiram dengan
air dan dipadatkan. Cara ini khususnya dapat digunakan di kantor, dan fasilitas
umum seperti rumah sakit atau sekolah. Setelah sampah dikeringkan kemudian
dipisahkan dan ditimbun di dalam tanah atau dibakar.
Ada beberapa kerugian dengan hydropulping :
memerlukan banyak air untuk menyalurkan air saat penggunaan kembali, sebelum
dibuang dikontrol dulu untuk menghindari bau busuk dan proses biologis. Bubur
basah yang tinggi yang sulit dibakar secara konvensional.
B. Pyrolisis (Peninggian Suhu)
Pyrolisis adalah
sebuah proses pemanasan, pemindahan oksidasi organik tidak dimungkinkan
terjadi. Bahkan zat organik tersusun atas sampah dengan kalor (Panas), sebagian
besar terdiri dari zat-zat non organik misalnya logam dan kaca yang tidak
dipisahkan sebelum hydrolisis.
Gas-gas yang telah
menguap diembunkan pada saat bahan yang tersisa dibakar untuk menyuplai panas
(energi) yang diperlukan untuk meninggikan suhu benda-benda tersebut. Karena
oksidasi dicegah, proses pyrolisis harus dilakukan pada udara yang mengandung
argon, helium, nitrogen.
Beberapa proses
pyrolisis tersedia secara komersial dan telah digunakan untuk memproduksi
arang.
C. Pembakaran dengan suhu tinggi
Pemusnahan sampah
padat dengan berbagai metode pembakaran telah diteliti aksi pemusnahan sampah
padat pada tahun 1965. Pembakaran dengan suhu tinggi adalah salah satu dari
teknik pembakaran suhu tinggi, pembakaran dengan suhu yang bagus lebih dari
1800oF temperatur rata-rata yang dianjurkan untuk macam-macam barang
sulit dibakar. Secara konvensional pembakaran dengan suhu tinggi, satu unit
eksperimen yang dikenal “Pembakar Melt-Zit (Keiser, 1968).
Untuk memperoleh suhu
2400o – 3000oF, dibutuhkan bahan bakar tambahan, untuk
pembakaran Melt-Zit arang yang digunakan. Suhu yang ada harus dipertahankan
cukup tinggi sehingga komponen non organik menjadi cairan dan dapat dialirkan.
Ampas biji dialirkan ke bak air tempat sisa-sisa yang berasal dari tanah untuk
memudahkan berbentuknya ampas biji ditambahkan batu kapur ke arang selama
pembakaran. Pembakaran suhu tinggi bermanfaat untuk memproduksi kualitas residu
/ sisa yang lebih baik.
D. Pemadatan dan pembungkusan
Pengelolaan sampah
mulai dari pengambilan sampah pada pembuangannya / pemusnahan memerlukan biaya
yang besar. Untuk penghematan biaya, efisiensi pengambilan dapat dilakukan
setiap unit pemadatan sampah sampai 1/3 atau 1/5-nya, dengan demikian dapat
mengurangi volume sampah yang dikeluarkan dari apartemen atau tempat-tempat
umum.
Jika pemadatan
dilakukan dari setiap unit sangat bermanfaat, tetapi penambahan beban dalam
kotak perlu pengawasan yang ketat.
Kedua, yang dianjurkan
atas penggunaan peralatan pemadatan dan pembusukan adalah pemindahan melalui
kereta barang, truk besar untuk mengangkut ke tempat pembuangan akhir.
E. Penghancuran
(disintegrasi)
Disintegrasi adalah
keseluruhan proses pengurangan atau pemotongan ukuran partikel-partikel sampah.
Pengurangan ukuran partikel dilakukan berbagai unit khusus termasuk
penggilasan, pencukuran, pemotongan, penghancurleburan dan penyempitan (Riedel,
1965). Penggunaan teknik ini berdasarkan sifat-sifat fisik sampah.
F. Nilai ekonomi sistem sampah
Biaya untuk
pengumpulan dan pembuangan sampah padat sangat kompleks tergantung pada
komponen dari sistem pemusnahan. Pada tahun 1968 (Munich, 1968) menunjukkan bahwa biaya
pengambilan sampah mendekati 80% dari total biaya, sedangkan sistem pemusanahan
20%. Nilai ini hanya merupakan biaya rata-rata, belum meliputi sistem
individual yang harus dianalisis secara individual.
Charns dan Ovon (1965)
telah menemukan bahwa pengambilan dua kali seminggu mengakibatkan jumlah sampah
yang lebih banyak dapat pengambilan sekali seminggu.
KATA-KATA KUNCI
I. Jenis
sampah padat:
1. Domestique weste
Sampah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga, seperti hasil pengolahan bahan
makanan, sisa minyak, kardus bekas, pakaian bekas, bahan bacaan, karpet tua,
perabotan rumah tangga.
2. Industrial weste
Sampah
yang berasal dari industri misalnya sampah pengepakan barang, bahan makanan,
logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan lain-lain.
3. Agriculture weste
Sampah
pertanian misalnya jeram, sisa sayur mayur, kacang-kacangan dan lain-lain yang
umumnya sangat besar pada saat musim panen.
4. Institusional weste
Sampah
yang berasal dari gedung-gedung perkantoran, terdiri dari kertas, karbon, pita
mesin ketik, klip dan lain-lain.
5. Daerah peternakan dan perikanan
6 Sampah yang berasal dari pusat-pusat
pengolahan air
7. Sampah yang berasal dari daerah kehutanan
II. Jenis
sampah
1. Sampah yang bersifat in-organik misalnya
logam-logam, pecahan gelas, abu dan lain-lain.
2. Sampah yang bersifat organik misalnya
sisa-sisa makanan, kertas, plastik, daun-daun sayuran dan buku-buku.
3. Sampah yang mudah terbakar
Misalnya kertas,
karet, plastik, kain-kain, kayu.
4. Sampah yang tidak dapat terbakar
Misalnya kaleng-kaleng, sisa potongan
besi, gelas, abu
5. Sampah yang sukar membusuk
Misalnya : plastik,
kaleng-kaleng, pecahan gelas, karet, abu
6. Sampah yang mudah membusuk
Misalnya potongan-potongan daging, sisa-sisa
makanan, daun-daunan, buah-buahan dan lain-lain.
III. Karakteristik
sampah
1. Garbage
Yaitu sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan,
hewan, sayuran hasil pengolahan, pembuatan dan penyediaan makanan yang sebagian
terbesar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, mengandung sejumlah
air bebas.
2. Rubbish atau Trash
Terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang
tak dapat / sukar terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat
perdagangan, kantor-kantor
3. Ashes
Yaitu sisa-sisa pembakaran dan zat-zat
yang mudah terbakar, baik di rumah, di kantor atau industri.
BAB V
MAKANAN DAN TEKNIK PENGELOLAANNYA
I. PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melestarikan
kehidupannya, yaitu untuk tumbuh, berkembang dan berreproduksi. Untuk
mendapatkan makanan tersebut diperoleh dengan cara berburu dan atau dengan cara
bercocok tanam, sebagai lahan untuk berburu dan bercocok tanam tempatnya adalah
lingkungan. Oleh karena itu makanan merupakan salah satu kajian dari pakar
lingkungan.
Menjelang
abad ke XX makanan menjadi masalah yang serius, karena produksi makanan tidak
bisa mengimbangi lajunya pertumbuhan penduduk. Lajunya produksi makanan seperti
deret hitung sementara laju pertumbuhan penduduk seperti deret ukur, akibatnya
timbul berbagai kasus kelaparan, penyakit-penyakit kurang gisi antara lain
beri-beri, pellagra, anemi zat besi dan kurang vitamin A. Di samping persediaan
makanan yang tidak memadai, faktor kemiskinan juga memperberat terjadinya
kasus-kasus penyakit kurang gisi. Salah satu usaha untuk mengurangi kasus
kekurangan makanan muncul gagasan supaya mencari sumber protein baru non
agrikultura atau membentuk suatu badan dunia yang mengurusi sumberdaya pangan
sedunia (World Food Resources
Corporation). Protein membentuk bagian yang cukup besar dari tubuh kita
yaitu untuk pertumbuhan dan mengganti atau membangun sel-sel tubuh kita yang
rusak. Jika konsumsi protein kurang tidak saja mengganggu pertumbuhan fisik
tetapi juga kemampuan mental tidak bisa berkembang secara memadai, oleh karena
itu protein dipakai sebagai tolak ukur kekurangan makanan. Karbohidrat dan
lemak merupakan zat makan yang berguna untuk mendapatkan sumber energi atau
untuk bergerak. Vitamin dan garam mineral yang pada umumnya banyak terdapat
pada sayur-sayuran dan buah-buahan berguna untuk memperlancar proses pencernaan
yang biasanya disebut sebagai zat pengatur. Usaha lain untuk mengimbangi
kebutuhan makanan yaitu dengan teknik pengawetan makanan.
II. TEKNIK PENGAWETAN MAKANAN
Teknik
pengawetan makanan pada prinsipnya harus tetap mempertahankan mutu makanan yang
diawetkan. Kalaupun ada perubahan tidak sampai menimbulkan efek yang mengganggu
kesehatan konsumen.
Ada 7 teknik pengawetan
makanan, yaitu:
A. Penjagaan
keseimbangan zat lembab dan padat (moistur-solid balance)
Keseimbangan
zat lembab dan zat padat, kadar kelembabannya di bawah 2% dan juga berusaha
meningkatkan tekanan osmotik sehingga kelangsungan hidup mikroorganisme
terhambat. Ada
tiga teknik untuk menjaga keseimbangan zat lembab dan zat padat yaitu:
A.1 Dehidrasi
- Pengeringan
makanan dengan sinar matahari
- Pengeringan
makanan dengan tiupan angin
- Pengeringan
makanan dengan api
- Pengeringan
makanan dengan mengalirkan uap panas
Teknik ini dapat merubah bentuk, rasa,
warna, dan juga nilai gizinya. Kadar kelembaban di bawah 2%.
A.2 Penambahan
gula
Dengan menambahkan gula maka kadar osmotiknya
meningkat sehingga mikroorganisme tidak bisa hidup. Contoh : selei, jelly,
manisan.
A.3 Penggaraman
Sifat garam adalah sebagai antiseptik
juga meningkatkan kadar osmotik, sehingga aktivitas bakteri dan enzym dapat
dicegah. Contoh: ikan asin, asinan.
B. Peragian
Suatu teknik pengawetan makanan yang banyak
mengandung karbohidrat dengan menggunakan mikroorganisme lain untuk mencegah
terjadinya pembusukan. Dari proses katabolisme karbohidrat dengan
mikroorganisme akan menimbulkan rasa asam sehingga kadar PH menurun. Dalam
situasi ini aktivitas mikroorganisme yang lain/yang tidak diharapkan sulit berlangsung.
Contoh: tape.
C. Penambahan zat kimia
Zat kimia yang ditambahkan disebut zat aditif. Zat
aditif ini harus diuji kelayakannya dan terdaftar pada lembaga konsumen.
Penambahan zat aditif ini biasanya dilakukan pada saat pemrosesan, pengemasan
atau penyimpanan. Zat aditif yang sering dipakai antara lain garam, gula,
monosodium glutamat, baking soda.
Ada 6 kategori dalam
penambahan zat kimia.
C.1 Pengasapan
Pengasapan ini biasa dilakukan untuk pengawetan
daging yaitu dengan menambah zat-zat yang mengandung antimikroba dan
antioksida.
C.2 Pengasaman
atau acar
Penambahan beberapa zat kimia antara lain garam,
gula, sodium, potasium nitrat, beberapa macam fosfat dan rempah, untuk
mengendalikan organisme penyebab keracunan makanan.
C.3 Pengawetan
(termasuk antioksida dan pengasingan)
Pengawetan ini membutuhkan sejumlah zat aditif
untuk mencegah kerusakan kimia dan mikrobiologis serta gangguan serangga.
Antioksida digunakan untuk mencegah makanan dari reaksi kimia-oksida yang
merugikan. Sedangkan pengasingan digunakan untuk menghalangi atau memindahkan
semua ion logam, mencegah katalisasi enzimatis atau reaksi non enzymatis yang
mengarah pada tidak berwarna, tidak berasa serta penurunan kadar gizi.
C.4 Pengendalian
kelembaban
Zat kimia dapat digunakan untuk memberikan efek
lembab contohnya Glyserin. Garam, campuran minuman kering dengan bubuk coklat
dapat menjaga kondisi makanan tetap kering atau bebas mengembang.
C.5 Pengontrolan
pH
Untuk mengontrol keadaan pH makanan digunakan
larutan asam, buffer dan alkali, saat ini sudah digunakan sumber pengontrol pH
yang spesifik yaitu merupakan senyawa makanan yang alami.
C.6 Alat
pengontrol yang bersifat psikologis
Untuk mengendalikan pemasakan buah-buahan dan
sayuran digunakan gas etil. Gas etil merupakan senyawa alam yang tersusun dari
makanan-makanan yang diperlukan untuk itu.
D. Pengalengan suhu tinggi
Pengalengan merupakan penerapan dari pengawetan
dengan mempergunakan suhu tinggi. Pengalengan ini ditemukan pertama kali oleh
Nicholas Appert untuk memenuhi keinginan Napoleon agar makanan yang dikirimkan
untuk tentaranya yang berada jauh tidak lekas membusuk. Kemudian disusul dengan
penggunaan tabung uap yang memberikan kemungkinan untuk menambah atau menaikkan
suhu serta mempercepat waktu pemrosesan dengan hasil yang lebih baik.
Beberapa
peristiwa biokimia dan mikrobiologi sehubungan dengan pengalengan makanan.
D.1 Pembusukan makanan
Makanan dianggap rusak jika terjadi perubahan
secara fisik dan kuantitatif. Misal perubahan rasa, warna, bau dan
intensitasnya. Penyebab kerusakan itu pada umumnya disebabkan karena
kontaminasi dengan lingkungan pada saat didistribusi. Untuk mencegahnya dapat
digunakan dengan penggunaan panas tinggi atau pasterisasi. Di samping proses
pembusukan yang merugikan ada juga proses pembusukan yang menguntungkan yaitu
pembusukan pada susu oleh organisme tertentu yang dapat menghasilkan keju,
begitu juga proses pembusukan dengan peragian dapat menghasilkan tape.
Beberapa penyebab utama kerusakan
makanan karena: pertumbuhan mikroba yang tidak terkontrol, kehadiran suatu
enzym, interaksi kimia antara komponen makanan atau reaksi kimia antara
komponen makanan dengan sistem kimia lingkungan, kerusakan fisik serta
pengawetan melalui proses pengeringan.
D.2 Penghambat
enzym
Enzym merupakan katalis organik koloid yang larut,
dihasilkan oleh organisme hidup dan biasanya merupakan protein. Untuk
menghambat enzim digunakan panas dengan waktu dan suhu tergantung pada sifat
kimia makanan.
D.3 Pembasmian
mikroba
Mikroba perusak makanan mempunyai dua
tahap keberadaan, yaitu tahap pertumbuhan aktif atau vegetatif dan tahap
inaktif atau spora. Terjadinya kedua tahap itu secara bergantian tergantung
kondisi lingkungannya.
Membunuh organisme dalam pengertian
melemahkan aktivitas metaboliknya. Untuk membunuh spora perlu menggunakan panas
yang tinggi, pembasmian mikroba ditujukan untuk membasmi bentuk vegetatif
inaktif atau spora.
D.4 Ciri
kematian termal mikroba
Sel mikroba yang aktif jika dipanaskan dengan suhu
yang sangat tinggi, lambat laun akan berkurang secara eksponen. Penelitian
diviasi terhadap semua bakteri untuk menahan suhu panas yang sangat tinggi
menunjukkan suatu angka kematian logaritmik.
D.5 Zat
yang berpengaruh pada mikroflora
PH merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
mempertahankan mutu makanan yang diproses dengan menggunakan panas. Semakin
sedikit penggunaan panas semakin baik kualitas makanannya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan panas adalah zat dalam makanan yang berdampak
pada aktivitas bakteri misalnya efek osmotik (kandungan gula dan garam), juga
kehadiran zat penghambat kimia.
D.6 Pemindahan
panas
Proses pemindahan panas merupakan proses konduksi
yaitu jika bahan makannya hampir larut. Proses konveksi jika makannya sedikit
berair dan proses kombinasi jika makanan berada di antara.
D.7 Labilitas
panas zatnya
Untuk mengurangi kehilangan atau kerusakan vitamin
perlu diperhatikan dalam penggunaan panas. Pengelolaan makanan kaleng
menunjukkan bahwa semakin sedikit penggunaan panas akan semakin baik rasa,
warna, tekstur dan nilai gizinya. Perubahan suhu cenderung menimbulkan
perubahan yang tidak diinginkan.
D.8 Proses
determinasi waktu
Langkah pertama, waktu kematian termal menunjukkan
waktu yang diperlukan untuk memperoleh perubahan-perubahan yang bersifat
mematikan, dengan menggunakan dosis panas tertentu. Selanjutnya jumlah panas
yang diserap mikroorganisme tergantung perubahan tingkat penggunaan panas.
D.9 Tabung
kimia
Pemrosesan panas biasanya menggunakan tabung kimia.
Setelah uap masuk dalam waktu tertentu, keseluruhan operasi dilepaskan ke
udara. Dan kalengnya dipindahkan ke tempat yang dingin. Tabung kimia harus
disesuaikan dengan kebutuhannya.
D.10 Sistem
waktu singkat-suhu tinggi
Metode ini melibatkan produk tertentu yang
dipanaskan dalam jumlah besar atau terus menerus untuk mempercepat perubahan
panas. Dalam waktu kurang dari satu menit terjadi perubahan suhu tinggi ke suhu
dingin. Saat ini banyak menggunakan beberapa proses aseptik.
D.11 Pengalengan
hampa udara
Beberapa alasan menggunakan hampa udara pada proses
pengalengan makanan, yaitu:
a.
Hampa udara berguna menghindari masalah tekanan
atmosfer atau suhu penyimpanan tinggi.
b.
Lapisan timah yang menyelubungi kontainer siap diserang
dengan melepas hidrogen.
c.
Selama pendinginan kaleng kehilangan oksigen dapat
dikurangi
d.
Selama beberapa minggu oksigen tetap tidak hilang
karena terserap oleh reaksi yang terjadi dalam makanan atau kontainernya.
Metode umum untuk mendapat hampa udara
ada tiga cara:
(1) Memanaskan dulu sebelum dibuka, untuk
menjaga kondisi makanan di dalamnya.
(2) Penyelesaian mekanik dengan memompa,
misalnya terhadap makanan yang perlu pemanasan rendah seperti udang, sayur.
Untuk ini tidak memerlukan banyak tempat dan dapat beroperasi cepat.
(3) Sistem hampa udara dengan uap, sangat rapi
dan menyehatkan tetapi tidak cocok untuk produk kering.
D.12 Kontainer
pengalengan
Kaleng memberikan perlindungan fisik yang baik
terhadap mikroba, oksigen, bau dan cahaya, mudah disimpan dan praktis. Apalagi
dengan adanya timah pelindung pada kaleng dapat membantu lanyamnya pengawetan
makanan. Di samping itu dengan penggunaan aluminium selain dapat mencegah
pengkaratan juga berarti menghambat proses pembusukan makanan didalamnya.
D.13 Reaksi
kimia setelah pengalengan
Untuk menghindari reaksi kimia setelah pengalengan
perlu diperhatikan tempat penyimpanannya. Jangan disimpan di tempat yang
bersuhu tinggi karena dapat merusak warna, nilai gizi dan rasanya. Juga jangan
disimpan di tempat yang terlalu dingin, karena secara drastis dapat mengurangi
teksturnya. Dalam keadaan sangat lembab dapat menyebabkan pengkaratan bagian
luar kaleng.
E. Penggunaan suhu rendah
Penggunaan suhu rendah
sudah pernah digunakan oleh orang Cina dan Romawi dengan menggunakan salju
untuk mengawetkannya. Efek penggunaan suhu rendah yaitu untuk mengkristalkan
air supaya tidak tersedia untuk aktivitas mikroba, juga memperkecil aktivitas
enzim dan reaksi kimia. Metoda-metoda yang digunakan pada penggunaan suhu
rendah:
E.1 Metode pembekuan
a.
Kontak langsung yaitu makanan langsung dicelupkan ke
dalam cairan refrigerant
b.
Kontak tidak langsung yaitu antara makanan dengan
cairan refrigerant ada pembatasnya.
E.2 Tipe
pembekuan komersial
a.
Pembekuan kuat yaitu sampai 0oF tanpa
memperhitungkan waktu
b.
Pembekuan lambat yaitu dibekukan sampai titik keras
tanpa penentuan suhu tertentu
c.
Pembekuan cepat, yaitu dibekukan sampai kristal dalam
waktu 30 menit atau kurang.
E.3 Proses
pembekuan
Dalam proses pembekuan harus diperhatikan
jenis-jenis makanannya. Sebab kalau tidak diperhatikan kemungkinan dapat
merubah warna, bau, rasa dan teksturnya.
F. Pengeringan setelah membeku
Yaitu suatu proses sublimasi dengan prinsip kerja
bergantung pada penjagaan suhu dan tekanan rendah sehingga munculnya air hanya
cukup sebagai pelarut.
Keuntungan
pengawetan dengan pengeringan setelah membeku yaitu:
a.
Produk akhir dapat disimpan dalam ruang yang dapat
diatur suhunya
b.
Tekanan osmotik garam pada makanan dapat dipertahankan
c.
Keadaan nilai gizi, warna dan rasa tidak nyak rusak
d.
Makanan sesuai dengan penampilan awalnya
e.
Aktivitas organisme dapat dihentikan
Kerugian
pengawetan dengan pengeringan setelah membeku:
a.
Perlengkapan proses mahal dan kompleks
b.
Waktunya relatif lama
c.
Komponen rasa mudah menguap, akan hilang jika keadaan
hampa udara terlalu tinggi
d.
Sulit mendapatkan jumlah panas yang dibutuhkan produk
makanan secara keseluruhan
G. Radiasi Ionisasi
Teknik pengawetan makanan dengan cara radiasi
ionisasi tidak jauh berbeda dengan pengawetan makanan dengan penambahan zat
aditif (penambahan zat kimia). Oleh karena itu bagi yang akan melakukan
pengawetan makanan dengan menggunakan radiasi ionisasi harus ada ijin dari
Administrasi dan Obat (Balai Pengawetan Obat dan makanan).
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan radiasi ionisasi makanan, yaitu:
a.
Penggunaan partikel subatom serta hubungannya dengan
irradiasi makanan
b.
Pemakaian Gamma dan Sinar-X
c.
Sumber-sumber radiasinya
d.
Aktivitas radiasi dan dampaknya, efek langsung, efek
tidak langsung dan tingkat dosisnya
e.
Keamanan radiasi
III. BAHAN
GIZI YANG HILANG SELAMA PENGANAN
PENGOLAHAN
DAN PENYIMPANAN
Makanan dari hasil panen dan pengolahannya mempunyai nilai
maksimum dari bahan gizi yang dikandungnya. Komposisi itu akan dapat menurun
oleh karena waktu penanganan yang lama atau yang lebih tinggi atau pemrosesan
yang berat. Sebaliknya bahan makanan yang sulit dicerna, perlu dilakukan suatu
proses sehingga dapat dicerna di dalam tubuh. Pengolahan ini juga berguna untuk
menghilangkan racun atau faktor-faktor anti-nutrien lainnya yang dapat
menyebabkan hasil negatif.
Dalam
suatu penelitian pada sayur-sayuran hijau yang disimpan di dalam suhu 68o
– 75oF, akan kehilangan sejumlah asam askorbat (vitamin C) dalam
waktu 3 hari, yaitu bayam (83%) dan peas (35%). Sedangkan pada suhu yang lebih
rendah akan di dapat nilai gizi yang lebih baik. Untuk gandum yang telah
disimpan selama 1 tahun, menunjukkan kehilangan faktor-faktor vitamin B
kompleks yang dikandungnya. Daging akan cenderung menjadi lebih lunak sesuai
dengan umurnya, sedangkan pada penyimpanan dalam suhu normal akan menunjukkan
sedikit perubahan atau kerusakan dari nilai gizinya.
Dalam
proses pengawetan akan ada kehilangan beberapa nilai gizi yang dikandungnya,
seperti dalam proses pemotongan, pengupasan dan pengurangan dari bentuk
aslinya. Pada proses penguapan / dehidrasi, akan terjadi kerusakan dari
kandungan gizinya oleh karena panas. Pengaruh radiasi juga akan memberi hasil
pengurangan bahan gizi seperti proses pemanasan, yaitu dari sejumlah 75-90%
vitamin A dan B, asam folat, niasin, piridoksin dan riboflavin menjadi sekitar
35% thianin. Pada proses pendinginan yang baik akan didapatkan tingkat
ketahanan yang sama baiknya proses pembekuan. Penyimpanan yang lama akan
cenderung memberikan pengaruh pada komposisi bahan gisi, tetapi pada proses
penyimpanan dalam temperatur yang lebih rendah akan dapat mencegah kemungkinan
kontaminasi logam dan penyimpanan tidak terlalu lama komposisi yang
dikandungnya masih baik dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses
memasak, akan kehilangan beberapa nilai dari nutien yang dikandungnya walaupun
ini akan memudahkan dalam mencerna.
IV. EFEK TOKSIK MIKROBIAL PADA MAKANAN/BAHAN MAKANAN
Ada
dua tipe keracunan makanan yang disebabkan oleh karena mikroba yaitu
inteksikasi makanan yang disebabkan oleh racun yang dikeluarkan oleh mikroba
yang mencemari makanan dan infeksi makanan yaitu suatu keadaan timbulnya sakit
karena masuknya mikroorganisme melalui perantaraan makanan.
A. Staphylococus
Merupakan
mikroorganisme yang banyak menyebabkan terjadinya intoksikasi makanan
(75%-85%), gejala yang biasanya timbul adalah mual, muntah, sakit kepala,
keluar keringat dingin. Racun stafilokokus keluar pada saat direbus dan
kumannya mati. Untuk itu untuk mempertahankan kondisi makanan lebih baik pada
suhu kurang dari 40oF atau lebih dari 140oF.
B. Clotridium botulinum
Keracunan
ini disebabkan oleh eksotoksinnya, mikroorganisme ini merupakan kuman yang
ansero dan akan memproduksi toksinnya pada suhu yang rendah (kurang dari 38o
F). Gejala yang ditimbulkan oleh kuman ini adalah gangguan saraf perifer,
konstipasi dan dapat terjadi gagal nafas, gejala akan timbul dalam waktu 12 jam
– 10 hari setelah kontak. Beberapa saran yang dipakai untuk mencegah timbulnya
keracunan adalah dengan menjaga sanitasi makanan, proses pengolahan makanan
yang benar, memanaskan makanan kaleng sebelum dikonsumsi dan melakukan kontrol
pada pabrik makanan kaleng.
C. Aspergillus
Umumnya terjadi pada tempat pengolahan makanan
ternak ayam yang terkontaminir, tidak diperoleh laporan adanya keracunan
aspergillu pada manusia. Pencegahan dari kuman ini yaitu dengan mengadakan
pemilihan bahan-bahan makanan yang baik, menjaga sanitasi pengolahan bahan
makanan yang baik serta kelembaban yang baik.
D. Salmonella
Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi/sakit pada
manusia yang memakan makanan yang terkontaminir kuman ini. Banyak macam
setipenya antara lain typhymurium, s. newport,
s. oranienburg, s. montevideo
dll. Yang menjadi pembawa bagi kuman ini antara lain insekta, ternak, hewan
piaraan dan manusia.
V. MASALAH KEBUSUKAN MAKANAN
A. Kontaminasi mikroba dalam makanan segar
Jarang sekali makanan
segar atau makanan mentah diperoleh dalam keadaan bebas mikroorganisme, sejak
semula makanan mengandung pelbagai jenis bakteri; jenis bakteri dipengaruhi
oleh sifat makanan, derajat keasaman, kadar zat cair, temperatur lingkungan,
prosedur penggarapannya dan sebagainya. Rusaknya makanan tergantung pada
aktifitas mikroba dan aktifitas enzim yang terkandung dalam makanan itu
sendiri. Kerusakan makanan dapat dilihat dari perubahan warna, tekstur, bau dan
rasa. Cara-cara untuk menanggulangi kebusukan makanan antara lain adalah penanganan
yang hati-hati, sanitasi tempat dan personil, menghindari suhu yang terlalu
tinggi dan transportasi yang cepat dari saat pengambilan makanan dari sumber
sampai saat dikonsumsi. Penanganan, temperatur dan waktu adalah faktor yang
sangat kritis bagi dua jenis makanan yang segar yaitu ikan dan produk-produk
dari susu.
Makanan
segar yang dimaksud adalah:
(1) Ikan
Ikan adalah sumber protein yang baik tapi mudah
basi dan bau busuk, ini disebabkan ikan mengandung ensim yang kuat, prosedur
penangkapan yang mengakibatkan terbukanya sel, masuknya organisme mosofisik dan
robeknya perut ikan. Ciri-ciri ikan segar adalah sedikit lendir, kulit berwarna
cerah, mata bening dengan pupil berwarna hitam serta kornea yang tak tembus
pandang, insang merah tua cerah, tekstur kuat dan seperti berongga-rongga.
(2) Kerang-kerangan
Misalnya kepiting, udang besar, udang, tiram, remis
besar, kerang besar dan lain-lain, kebersihan kerang tergantung pada kontrol
polusi pada daerah pantai tempat peternakannya dan juga pada pabrik pemrosesannya.
(a) Udang
Udang
banyak ditangkap di daerah pantai air hangat, udang harus ditangkap dan diolah
dengan cepat untuk menghindari kebusukan akibat bakteri dan outolisis. Metoda
terbaik untuk menghindari penggelapan adalah pemotongan kepala udang segera
setelah penangkapan dan pembekuan dengan es.
(b) Tiram
- oyster
Karena
tiram cenderung dihinggapi bakteri, tiram direndam dalam cairan klorin,
dikeluarkan dari cangkangnya, dicuci bersih, disortir menurut ukurannya, dipak
dalam wadah logam kemudian diberi es. Rumah pengolah tiram harus bersih dan
bebas polusi.
(c) Remis
besar
Untuk
mencegah kontaminasi harus dicuci bersih dari pasir dan lumpur lalu direndam
cairan klorin.
(d) Remis
Remis
banyak ditemukan ditepi samudra atlantik, hanya dagingnya yang dimakan.
(e) Kerang
laut
Kerang
laut ini ditangkap oleh para penyelam dan yang dimakan adalah dagingnya saja.
(f) Kepiting
Jenis
kepiting antara lain: k. kulit lunak, k. biru dan k. hitam. Ada juga kepiting jenis tertentu yang
direndam dalam cairan sodium bensoat atau asam sitrik encer supaya tahan lama
lalu disimpan pada suhu 32-40o F ada juga yang dikalengkan.
(g) Udang
besar
Udang
besar dijual hidup-hidup, jarang udang besar dikalengkan.
(3) Milk
Susu selalu diproses terlebih dahulu dengan
pasteurisasi, namun susu mudah rusak, kontaminasi susu biasanya berasal dari
lingkungan, aroma susu mudah berubah akibat aktifitas bakteri. Susu bisa
menjadi sumber organisme pathogenik oleh sebab itu susu perlu dipanaskan untuk
mengurangi populasi bakteri. Susu dapat menjadi penular penyakit misalnya
mycobacterium tuberculosis and brucella yang dapat dicegah dengan pasteurisasi
juga penyakit kuku dan mulut. Susu juga dapat jadi vektor penyakit yang
bersumber dari manusia sendiri seperti demam typoid, demam paratyphoid,
disentri, diare, diptheri. Langkah untuk mencegahnya antara lain pengecekan
kesehatan pekerja, memusnahkan organisme pembawa tbc, diptheri, typus dan
paratyphus.
B. Kontaminasi mikroba dalam makanan yang
matang dan diawetkan
Kontaminasi
mikroba dapat disebabkan oleh temperatur penyimpanan yang tak sesuai,
pengamanan yang gagal mencegah kontaminasi dari lingkungan atau pengolahan yang
kurang sempurna oleh produsen.
1.
Makanan terhidrasi, biasanya bebas penyakit yang
tertular melalui zat cair. Apabila pengepakan buruk bisa terdapat kelembaban
yang memungkinkan tumbuhnya jamur.
2.
Makanan yang diasapi, digarami atau diawetkan
Biasanya
hanya permukaannya saja yang terkontaminasi. Proses yang kurang baik bisa
terkena Lactobacillus viridescen dan L. leuconostoc species, bisa menimbulkan
warna hijau pada daging. Daging babi bisa ditumbuhi Streptococus faecium.
3.
Makanan kalengan
Makanan
kalengan yang tercemar dapat menghasilkan gas dalam kaleng akibat metabolisme
mikroba dan kaleng akan tampak gembung. Mikro organisme dapat tumbuh dalam
kaleng tanpa menimbulkan gas biasanya adalah organisme yang tahan panas:
bacillus thermoacidurans (yang merusak tomat kaleng sehingga rasa, bau, warna,
dan teksturnya jadi rusak) dan clostridium botulinum. Pencegahannya : pemanasan
yang baik dan segel yang kuat.
4.
Makanan dingin dan beku
Makanan
dingin dan beku bisa tercemar kalau pengaturan temperatur yang tepat tidak
dipertahankan.
5.
Makanan kering beku
Kadar
kelembaban yang rendah mengurangi pertumbuhan bakteri dan mikro organisme lain.
Tapi makanan jenis ini bisa tercemar terutama oleh bakteri yang dapat bertahan
hidup dalam bentuk spora. Bakteri ini dapat bertahan hidup di bagian permukaan
makanan. Jika jenis ini diberi pengeringan ulang malah gampang jadi besi akibat
timbulnya rongga bagian dalam yang mungkin diisi bakteri dalam permukaan. Maka
pengeringan ulang (rehidrasi) harus cepat dan sangat rendah (dibawah 40o
F) atau sangat tinggi (di atas 140o)
6.
Makanan yang difermentasi
Kadar
pH yang kandungan garam pada makanan yang difermentasi mencegah pertumbuhan
mikro organisme, tapi kalau tidak hati-hati jamur bisa tumbuh.
C. Kontaminasi Cacing
Cacing
pita dan cacing giling sering mencemari makanan. Cacing pita dapat dibasmi
dengan memasak makanan. Cacing gilig trichinella tahan panas, trichinella
ditularkan oleh babi yang diberi pakan sampah. Karena itu daging babi harus
dimasak 137o F atau didinginkan 5o F selama 30 hari.
Kontrol
efektif adalah dengan mengawasi daging dalam menyembelihan dan pengolahan.
RACUN-RACUN MAKANAN NON MIKROBA
I. MAKANAN
Untuk
memenuhi kebutuhan gizi manusia perlu makanan Ã
baik dari sumber nabati ataupun hewani.
·
Makanan pada umumnya mengandung unsur-unsur gizi
yang diperlukan manusia à sebaiknya juga
mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi manusia Ã
disebut dengan Harmful Elements.
·
Untuk itulah makanan harus di masak secara benar
agar unsur-unsur yang berbahaya (lynogenetic glycosyda) tersebut hancur dan
tidak menjadi racun.
·
Pada individu tertentu rentan terhadap makanan
(gangguan metabolisme/gangguan ginjal), meskipun dalam diet berimbang à bisa saja terjadi keracunan.
·
Jadi yang penting dalam mengkonsumsi makanan
ialah : “Komposisi yang berimbang dan sesuai dengan kesehatan manusia,
penyimpanan, pengolahan, pemrosesan dan makanan yang tidak terlalu banyak”.
II. RACUN-RACUN
TANAMAN
1.
Zat Goitrogen terdapat pada akar tanaman: lobak Cina
(rutabaga). Juga tanaman lain yang dimakan ternak. Antara lain:
Kubis mengandung à Hyocianat
Kulit kacang warna merah à glycosida
Racun – racun tersebut à transfer kepada manusia Ã
lewat susu sapi à yang makan tanaman tersebut Ã
dengan memanaskan susu tersebut maka aktifitas Goitrogen bisa dihambat à sehingga tidak berbahaya lagi bagi manusia.
2.
Estrogen
Pada jenis makanan tertentu (kedele) Ã Goitrogen lemak sehingga tidak berbahaya bagi
manusia.
3.
Hathypus
Faham lama Ã
kacang polong dengan genus Lathypus dengan Ã
penyakit dengan tanda-tanda adanya kelemahan oto tungkai bawah (lathyrism) Ã dengan cara memasak yang benar dapat mengantisipasi
hal tersebut.
4.
Haemaglutimin
Fovisum = penyakit Ã
dengan tanda-tanda anemia hemolitic
Ã
dikaitkan dengan “Rawfava beans”
Ã
lebih sering di negara-negara laut tengah à faktor keturunan (dengan gen intermediet dominan
yang melekat pada kromosom sex)
Ã
Casta bean Ã
Haemoglutini
Ã
Toxis tinggi Ã
detoxisasi dengan cara dipanaskan
5.
Hidrogen cianida (Hcn) Ã
singkong pembentukan hidrogen cianida tergantung pada perkembangan sistem Enzim
pada binatang dan tergantung pada jenis makanan (contoh : minyak almond,
shorghum dan lima bean).
6.
Anti vitamin dan anti enzim (kaw soybeans)
Penggolongan anti vitamin dan anti
cusium sebagai racun masih diragukan Ã
row sry beans à mengandung Liposidase (anti enzim) à menyusul karoten, berasal dari tanaman à dapat bertindak sebagai anti metabolisme.
7.
Penghambat Cholinesterase
Fungsi : sebagai pengendali
insektisida pada manusia
Contoh : Ratabaga, kubis, wortel, labu
kuning, strawberry, apel dan beberapa jenis kentang bunga kecil, terong.
Bagaimana caranya manusia
mengantisipasi dengan konsumsi tersebut, belum diketahui dengan pasti.
8.
Bumbu-bumbu ada 8 zat yang beracun dalam bumbu-bumbu
(meskipun sedikit)
-
Hcn (Hidrogen cianida) Ã
sejumlah Glicosida
-
Myristicin Ã
pada bunga pala, buah pala
-
Dill, allyl, isothyocianate. Pada brown mustara
-
Ummelulone pada daun salam (california bay lauuel)
-
Capsaican pada merica merah
-
Coumarin, satuol thujon Ã
terdapat pada berbagai species yang berbeda-beda.
9.
Glossissypol (tepung biji kapas)
Terdapat pada pigmen biji kapas, tanda-tanda
keracunan : nafsu makan hilang, bisnerma, hemolysis, anemia hemolitic dan
hypotrombin
10. Racun-racun
sea food
Keracunan yang terjadi lebih sering
terjadi di Jepang
Racun-racun Ã
racun terdapat pada beberapa jenis ikan
Puffeues Ã
pada daging dan lendir belut dino lagellata Ã
pada kerang thiaminase à pada kepiting dan
beberapa jenis udang
Punchegahan : - gonat dan kulit jangan
dimakan
Pemanganan : Ã
dimuntahkan
Ã
keluarkan isi perutnya
Bahan-bahan tambahan pada makanan
Sodium
glikorida (garam) Ã tidak berbahaya
Dengan
kelebihan à dengan masalah metabolisme besar à bahaya.
Bahan-bahan
makanan terbagi menjadi dua:
A. Bahan
tambahan intesional (sengaja ditambahkan)
B. Bahan
tambahan insudental (secara kebetulan ada pada makanan tersebut)
Yang
termasuk antara lain:
1.
Asam amino : alamin, arginil, cystinine, luistatadin,
isoteukine dll
2.
Vitamin : A, D2, D3, askorbic acid, riboflavin
3.
Mineral : Ca, Ci, Fe3+, Fe2+, Mg2, Zn2, KI, KCl
4.
Sakarin : (pemanis)
VIII. BEBERAPA PERTIMBANGAN KESEHATAN DALAM
PENANGANAN MAKANAN
Teknik
pengawetan makanan yang memadai telah memungkinkan pencegahan kerusakan makanan
sedini mungkin, namun hal ini tidak berarti bahwa makanan yang diawetkan itu
akan lebih baik (mutunya) daripada makanan segar, sebab kecerobohan dalam
penanganan dan lingkungan yang kurang sehat atau tercemar akan menyebabkan berkembang
biaknya bakteri secara leluasa di lingkungan tempat penyimpanan makanan
tersebut yang akan berpengaruh jelek terhadap kualitas dan keamanan makanan.
A. Sarana Pemeliharaan
Agar
makanan tetap aman dan sehat bagi manusia, perusahaan jangan hanya mementingkan
penampilan produk, tetapi hendaknya menerapkan pula prosedur gugus kendali mutu
dalam produksinya, menjaga tata ruang di perusahaannya agar tetap bersih dan
rapi mulai dari lantai, dinding, jendela, ruang cuci, fasilitas makan dan tata
laksana perkantoran lainnya.
Para karyawan hendaknya didorong untuk membiasakan diri
hidup sehat, berpakaian yang sesuai dan bersih. Dan guna menghindari dari
masalah kotornya baju, ada baiknya perusahaan juga menyediakan baju kerja
bersih bagi para karyawannya, juga helm pengaman atau penutup rambut,
perlengkapan mandi seperti sabun, handuk dan sebagainya.
Hindari
meletakkan barang-barang bekas pakai, mesin-mesin tua dan barang-barang tidak
terpakai lainnya di daerah penerimaan barang, sebab hanya akan menyempitkan
gang-gang lalu lintas orang dan barang.
Bahan
mentah hendaknya disimpan di tempat yang bersih dalam peti kemas yang kokoh
agar terhindar dari gangguan serangga, binatang mengerat, burung atau zat
pencemar lainnya. Bahan-bahan yang disimpan hendaknya diberi label yang jelas
dan penanganannya mengikuti sistem yang dilaksanakan Bulog, yaitu
first-in-first-out (fifo) yang penempatannya diatur sedemikian rupa sehingga
tidak menyulitkan apabila dilakukan pemeriksaan kebersihan secara berkala.
Kolong-kolong dibawah timbunan agar ditutup rapat agar serangga dan binatang
pengerat tidak mengganggu.
Simpanlah
bahan-bahan makanan terpisah dari penyimpanan bahan beracun seperti
insektisida, rodentisida, pestisida, dan harus dikunci yang kuncinya hanya
dipegang oleh petugas khusus.
B. Lokasi pabrik, Konstruksi dan Rancangan
Perlengkapan
Lokasi
dan konstruksi fasilitas prosessing makanan sedapat mungkin diminimalkan
kemungkinan dari pencemaran lingkungan. Lokasi pabrik sedapat mungkin bebas
dari sumber bau busuk, asap, kotoran debu dan macam-macam pencemaran.
Konstruksinya dibuat sedemikian rupa sehingga bisa mencegah dari gangguan
burung, serangga, binatang mengerat dan kotoran atau debu, sedang spesifikasi
khususnya bergantung pada kebutuhan, yang penting konstruksi dan sistem pencahayaannya
memungkinkan memudahkan pengawasan dan pembersihannya yang tidak mudah
terkontaminasi, dan tersedia pula pengolahan limbah secara baik.
Syarat-syarat
membangun pabrik di Amerika Serikat amat ketat, misalnya air yang digunakan
dalam proses industri saja harus sesuai dengan standard Kesehatan Masyarakat
Amerika dan peralatan yang digunakanpun harus di bawah pengawasan dan diakui
oleh Departemen Pertanian, Divisi Pelayanan Perlengkapan dan Teknik.
Pada
pokoknya, perlengkapan yang digunakan haruslah memiliki kualitas yang prima,
dirancang tahan lama, tahan pesok dst.
Material
yang berhubungan dengan makanan haruslah tahan karat dan relatif tidak menyerap
serta tidak beracun. Tembaga, suasa, kadmium, email dan porselen tidak dipakai
kontak langsung dengan makanan.
Berikut
ini akan digambarkan secara singkat beberapa daftar yang hendaknya diikuti
sebagai acuan dalam menangani fasilitas makanan.
1.
Lokasi
(a) Harus bebas dari sarang binatang mengerat
dan hama
buah-buahan lainnya
(b) Harus bebas dari lokasi sumber zat-zat
beracun yang menjadi ancaman potensial bagi fasilitas makanan.
(c) Kemiringan lantai harus diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menghambat laju air menuju saluran pembuangan.
(d) Permukaan jalan untuk mobil di sekitar
lokasi harus dikeraskan untuk mengurangi debu dan lumpur.
2.
Konstruksi
(a) Apakah dinding luar, pintu dan jendela
sudah disesuaikan konstruksinya sehingga binatang mengerat dan serangga enggan
menyerbu.
(b) Hendaknya interior dinding, lantai,
langit-langit tidak menyerap dan mengelupas, licin, tahan lama dan bisa dicuci.
(c) Hendaknya saluran lantai penempatannya
memadai kelandaiannya agar saluran berfungsi dengan baik.
(d) Adakah temperatur dalam gedung sudah
cocok dan memadai
(e) Adakah ventilasi udara sudah memadai
3.
Fasilitas
(a) Apakah cukup tepat lokasi fasilitas lemari
pendingin, bak mandi dan kamar kecil
(b) Ruang penyimpanan bahan mentah, bahan
setengah jadi dan bahan jadi harus memadai dan cocok temperaturnya.
(c) Sistem pencahayannya harus memadai
4.
Material
(a) Semua bahan mentah haruslah dari sumber
yang diakui baik kualitasnya, termasuk bahan baku air.
(b) Pengepak makanan harus juga baik.
(c) Kebersihan pabrik harus terjamin
5.
Petugas
(a) Berseragam yang pantas, cocok dan bersih
(b) Para
petugas setidaknya sudah memahami tentang kesehatan
(c) Para petugas dibekali dengan in-house
training sehingga cukup memahami bidang sanitasi
6.
Lain-lain
(a) Adakah berat dan isi sudah cukup dan
legal/resmi
(b) Apakah cukup dan tepat label yang
dipasang
(c) Adakah penanganan bahan sudah tepat dan
apakah alat transportasinya memadai
(d) Apakah fasilitas pengolahan limbahnya
memadai
(e) Apakah memadai sistem pengkodean yang
dipakai guna mengidentifikasi bermacam-macam makanan yang banyak
(f) Apakah sudah memadai sistem pencatatannya
guna menangani di semua area.
C. Operasi pelayanan makanan
Operasi
pelayanan makanan atau mempersiapkan makanan bagi usaha komisaris katering,
cafetaria, penjualan keliling atau restoran umumnya memerlukan peraturan di
bawah satu atau lebih perundang-undangan yang diterbitkan oleh U.S. Food and
Drug Administration, the U.S. Public Health Service, the U.S. Department of
Agriculture Meat Inspection or Poultry Inspection Service, beragam departemen
pemerintah bidang kesehatan dan lain-lain.
Dari
keterangan di atas bisa dibayangkan betapa kompleksnya penanganan atau
mengelola pelayanan makanan, dan menunjukkan kepada kita bahwa mengelola
makanan ruwet dengan berbagai masalah yang memerlukan banyak pertimbangan dan
langkah hati-hati berkenaan dengan masalah kesehatan lingkungan.
PRODUKSI LIMBAH DALAM INDUSTRI PENGOLAHAN
MAKANAN
Apakah
semua itu akan terkonversi oleh 200 juta manusia?
Proses pemindahan dari lahan akan
menyebabkan menumpuknya materi limbah, hasil dari pemecahan, pengupasan,
pembuangan bagian biji, pemerasan, sisa-sisa tanah, limbah intastin,
organ-organ yang terkena penyakit, dan bahan mentah yang tidak memenuhi syarat
merupakan kontribusi utama saja masalah limbah.
Secara
alamiah dari suatu proses akan dihasilkan lebih banyak limbah dari pada
produknya sendiri.
Industri
makanan merupakan satu kesatuan dari sejumlah besar konsumen, bahan mentah dan
produksi bahan jadi tetapi sekaligus merupakan kesatuan dari kontributor
buangan dan sampah. Industri makanan mempunyai tanggung jawab untuk membuang
limbahnya secara efisien, ekonomis dan dengan cara yang tidak mencemari
lingkungan. Besarnya tanggung jawab terlihat dengan adanya mekanisme pembuangan
yang memadai, sedangkan umur unit pengolahan, sifat alami bahan mentah dan
barang jadi mempunyai peranan untuk mengurangi atau menambah masalah limbah.
Pengelolaan
secara modern harus dapat membuat sadar akan tanggung jawab dalam pengawasan
are pembuangan limbah. Dan berpikir ke depan untuk mendapatkan sistem
pengelolaan limbah yang baru dan ekonomis, sehingga dapat memecahkan
permasalahan limbah. Industri pengalengan jagung misalnya, menemukan alat
pengupas jagung untuk dijadikan bahan kimia organik terpilih. Sikap acuh tak
acuh pada masalah pembuangan limbah sangat membahayakan kesehatan manusia,
hewan dan akan merubah sungai danau serta mengganggu tempat-tempat rekreasi,
sehingga tidak nyaman untuk dinikmati. Dalam waktu yang lama maka biaya
pencegahan umumnya lebih murah dibanding dengan biaya perbaikan. Dalam beberapa
hal mencegah adalah masalah, akan tetapi harus tetap dilaksanakan.
A. Limbah Tempat Penyimpanan Ternak
Produk
limbah dari pengolahan ternak dimulai dari tempat penyimpanan ternak atau
limbah pekarangan (halaman tempat penyimpanan ternak). Limbah dari rumah
pemotongan dan pengepakan sangat berpengaruh terhadap penyebaran bau. Kotoran
ternak, urie, jerami, sisa pakan biasanya tidak diolah melainkan langsung
dibuang ke dalam sungai atau sistem pembuangan, dan saat itu pula dengan cepat
akan menyebabkan menipisnya kandungan oksigen terlarut, serta selanjutnya akan
mengganggu flora dan fauna sungai, menghasilkan bau yang tak sedap, lumpur, dan
bahan-bahan terapung. Umumnya materi limbah padat dapat dipisahkan dari limbah
cair. Materi limbah dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lain sebagai hasil
sampingan atau diolah untuk mengurangi beban pencemaran pada sistem pembuangan
limbah. Volume material dan komposisi limbah akan bervariasi dan banyaknya
usaha yang dilakukan untuk mendapatkan hasil sampingan. Pengambilan darah dalam
rumah pemotongan adalah penting karena selain mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi maka masuknya darah ke dalam sistem pembuangan akan menyebabkan
tingginya BOD (100.000 ppm). Demikian halnya dengan lemak, selain nilai
ekonominya yang tinggi keberadaannya dalam sungai justru menimbulkan
permasalahan tersendiri. Paling tidak sistem Lagooning dan Septic Tank dapat
digunakan untuk mengurangi BOD dan padatan tersuspensi hingga 35 – 85%.
B. Limbah dari Halaman Tempat Penyimpanan Ternak
Masalah
limbah dalam area peternakan terutama terjadi pada peternakan sapi, karena
disitu akan dihasilkan sisa pakan dan kotoran ternak. Hasil pelepasan bulu dan
penghilangan bulu-bulu halus tidak boleh dibuang ke dalam sistem pembuangan.
Air yang digunakan untuk memanaskan burung, dan darah kering akan menjadi
limbah pula. Jeroan dan empedu dapat dikumpulkan untuk dimanfaatkan sebagai
hasil sampingan.
Dari
proses pengolahan ternak ini dibutuhkan air untuk pencucian dan pendinginan
dalam jumlah yang besar. Untuk pemotongan sapi rata-rata diperlukan air 360
galon per binatang, dengan BOD sekitar 900 ppm, padatan tersuspensi 645 ppm dan
nitrogen 113 ppm. Bila air limbah tersebut dicampurkan dengan air limbah yang
berasal dari pengolahan ayam, dilaporkan bahwa kandungan BOD menjadi 290 – 1475
ppm, dan padatan tersuspensi 260 – 1520 ppm. Mengingat bahwa konsumsi daging
sebesar 34,5 milyar pon dan 70 milyar pon ternak, maka hal ini menunjukkan
besarnya potensi untuk mencemari lingkungan.
C. Limbah
Perikanan
Perikanan
mempunyai masalah pembuangan limbah terutama pada bagian industrinya, yaitu
tempat pencucian perut dan pemotongan kepala yang secara sederhana limbah tidak
diolah melainkan langsung di buang ke laut. Hanya saja, sampai berapa lama cara
tersebut dapat terus dilakukan. Limbah padat seperti sisik, dan tulang serta
bagian-bagian yang tidak termakan dapat dimanfaatkan untuk makanan binatang
piaraan.
Tindakan
pencegahan seperti yang dilakukan pada industri pengolahan hewan harus
diterapkan di sini agar pencemaran yang terjadi dapat dikendalikan. Konsumsi
ikan perkapita (10,6 pon) lebih rendah bila dibanding dengan konsumsi daging
(117 pon), sehingga industri tidak akan menimbulkan masalah pencemaran secara
serius, akan tetapi tidak ada alasan untuk membiarkan pencemaran terjadi.
D. Limbah Industri Susu
Sumber
limbah dalam industri susu adalah tumpahan susu cair, kebocoran peralatan
seperti pompa, tempat pemanas dan pendingin, penjernihan, separator serta
peralatan tambahan, meluapnya tanki penerima dan penampung, pasteurizer,
kesalahan dalam mengoperasikan freezer dan tidak adanya pemanfaatan hasil
samping, limbah yang tertinggal dari produk dan menempel pada dinding-dinding
tangki, pipa dan peralatan pengolahan yang lain. Yang paling berpotensi
mencemari adalah sampah yang berlebihan, susu yang tidak dikehendaki atau susu
yang telah rusak. Konsumsi yang lebih dari 64 milyar pon produk susu, akan
berpotensi untuk mengganggu sungai, unit pengolahan atau tempat-tempat yang
lain.
E. Limbah Buah dan Sayuran
Dalam
membahas buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai sumber limbah, terutama dalam
persiapannya untuk pengalengan. Sementara proses pengeringan dan pembekuan juga
memberikan kontribusi pada masalah limbah. Proses radiasi yang dikembangkan
secara ekonomi tidak signifikan demikian halnya dari aspek produksi limbah.
Setelah
transportasi dari tempat tumbuhnya atau pemanenan, langkah yang utama adalah
pembersihan. Dalam beberapa kasus sering digunakan blower untuk “dry clean”,
akan tetapi kebanyakan adalah dengan menggunakan banyak air untuk pencucian
sekitar 5500 galon air digunakan untuk mencuci dan mengalirkan kacang polong
sebanyak 1 ton. Sedangkan untuk menggunakan kembali air tersebut jelas akan
memperbesar jumlah padatan terlarut dan tersuspensi yang berasal dari berbagai
makanan.
Setelah
pencucian, beberapa produk menjadi tidak terpakai. Produk ini dapat
dimanfaatkan untuk pakan, pupuk atau dibuang sebagai limbah padat. Pemanfaatan
kembali adalah lebih menguntungkan dibandingkan dengan mengkonversi dalam
bentuk limbah, dengan cara memanfaatkan produk-produk yang tidak memenuhi
syarat.
Pemutihan
buah dan sayuran dengan penghambatan secara enzimatis akan menghadirkan
kontaminan bagi air limbah. Dan apabila proses pemutihan dilakukan dengan
pencelupan ke dalam air panas jelas hal ini akan menyebabkan terlepasnya
kandungan gizi yang tinggi dari buah dan sayur tersebut. Sehingga hal ini akan
menyebabkan timbulnya dua masalah yaitu 1) adalah hilangnya nutrien dari produk
dan 2) akan menghasilkan air limbah dengan BOD dan kontaminan microbia yang
tinggi.
F. Limbah Fermentasi
Industri-industri
fermentasi umumnya menghasilkan produk-produk dari aktivitas mikrobia, oleh
karena itu limbahnya harus diperhatikan sungguh-sungguh. Produk-produk limbah
sering dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk tergantung pada nilai
ekonominya. Problem utama dalam industri ini adalah penampungan limbah cair
yang cenderung menyebabkan pencemaran bau yang dikeluarkan oleh tanki uap ke
dalam udara. Pengendalian masalah ini terletak pada kerja sama yang baik antara
ahli lingkungan dan pengelola unit pengolahan limbah.
G. Limbah Unit Pengolahan
Usaha
pembersihan menjadi perhatian yang utama, berhubung dengan besarnya potensi
untuk mencemari lingkungan. Dalam jumlah besar air digunakan untuk membersihkan
tangki, lantai, peralatan dan perlengkapan umum. Air ini kadang-kadang juga
mengandung deterjen. Limbah cair dibuang setelah diolah dengan septic tank atau
lagooning yang dapat menurunkan BOD dan bahan tersuspensi. Dalam beberapa unit
pengolahan yang modern, untuk menghasilkan pakan yang bergizi dilakukan
pengaliran limbah ke ladang melalui pipa untuk keperluan irigasi. Penerapan
secara bijaksana, akan mampu melindungi sumber air dan menyuburkan tanah selain
juga mengurangi masalah pencemaran.
Kesimpulan
Diskusi
ini dimulai dengan beberapa dasar pertimbangan mengenai kebutuhan manusia akan
makanan. Manusia sangat tergantung pada lingkungannya dan sebaliknya manusia
harus sadar dari aktivitasnya juga akan berpengaruh terhadap lingkungan,
terutama di bahas dalam kontek upaya untuk menjamin kesehatan (makanan) dan
suplai yang memadai.
Dalam
chapter ini kita tidak dapat mengharapkan adanya petunjuk bagaimana melakukan
usaha-usaha sanitasi atau pengaturan pada industri pengolahan makanan. Kita
berharap tersedianya informasi mengenai mengapa dan bagaimana pengolah makanan
memperlakukan produknya. Kita mencoba menjelaskan dasar-dasar pengawetan makan
dengan harapan bahwa hal ini masih lebih baik dan akan menjadi banyak tahu
tentang pengendalian lingkungan.
BAB VI
AIR UNTUK RUMAH TANGGA DAN PENGELOLAANNYA
A. Sejarah
Sejak
dahulu proses pengolahan air minum telah memperhatikan dua segi yaitu dari segi
teknik dan kesehatannya. Kebutuhan air minum di perkotaan tidak mencukupi
kebutuhan apabila hanya dari air sumur saja, sehingga pada saat itu mencari jalan
alternatif untuk menggunakan sungai sebagai sumber air minum. Namun dari segi
jumlah air sungai telah mencukupi akan tetapi kualitasnya tidak memenuhi syarat
karena sudah tercemar.
Pada
masa lampau kebutuhan air minum lebih sedikit dibandingkan dengan masa
sekarang. Karena masa modernisasi sekarang akan menuntut penggunaan air yang
lebih banyak untuk keperluan domestik, industri dan perdagangan.
Untuk
meningkatkan kebutuhan jumlah air yang lebih banyak dan kualitas yang lebih
baik memerlukan ilmu dan teknologi yang tinggi.
1. Ilmu dan Teknologi
Banyak
hal yang bisa ditimbulkan oleh air apabila penanganannya atau pengolahannya
tidak didukung oleh ilmu dan teknologi yang tinggi.
Beberapa
kemajuan untuk mengolah dan menyalurkan air minum menurut Baker (1949), Turneaure
dan Russell (1950), dan sumber-sumber lain, bahwa sejarah pengolahan air dapat
digolongkan menjadi tiga fase yaitu:
I. Sebelum tahun 1850 dapat dianggap sebagai
awal mula adanya proses pengolahan air minum
II. Dari tahun 1850 – 1900 terjadi perkembangan
penting tentang proses pengolahan air (pada tahun 1900 hanya 5 –10%) yang
mendapatkan air bersih di Unite
State.
III. Pada 1900 sampai sekarang proses pengolahan
dan penjernihan air sudah menyebar luas di Unite State.
Ada dua cara untuk
pengolahan air yang sering digunakan dan memenuhi syarat kesehatan yaitu
penyaringan pasir cepat dan pemberian chlor pada air tersebut.
2. Kesehatan dan Penyakit
Setelah
teori tentang kuman yang menyebabkan penyakit dikembangkan, maka bakteriologi
air muncul keberadaannya dan diketahui bahwa air yang terkontaminasi disebabkan
oleh pencemaran dari kotoran manusia yang mengandung bakteri golongan E. Coli.
Penyakit
yang dapat diklasifikasikan sebagai water borne disease, utamanya disebabkan
oleh bakteri, protozoa, virus, parasit, dan alga, penyakit-penyakit yang
disebabkan tersebut dapat dilihat pada tabel II.
Selain
penyakit yang disebabkan oleh kuman patogen, unsur-unsur kimiapun dapat
merugikan kesehatan, seperti herbisida, pestisida, nitrat, flour, selenium,
sodium, aresen, raksa, timbal dan sebagainya.
Tabel II Golongan kuman dalam air dan penyakit
|
Kuman
patogen
|
Penyakit
|
|
Bakteri
|
Typhoid
Paratyphoid
Dysentri
Cholera
|
|
Protozoa
|
Dysentri
|
|
Virus
|
Infeksi
Hepatitis
Poliomyelitis
|
|
Parasit
|
Malaria
Yellow
Fever
Cacing
Pita
Schistosomiasis
|
|
Alga
|
Gatroenteritis
|
B. Pertimbangan terhadap sumber air
1.
Kualitas
Untuk
penyediaan air yang dibutuhkan oleh masyarakat, beberapa faktor yang harus
dievaluasi antara lain:
- Pemanfaatan air oleh rumah tangga, industri,
perdagangan dan pertanian
- Orientasinya harus melihat ke depan untuk
memperkirakan kejadian-kejadian yang tidak disangka-sangka
- Sistem perairan harus di evaluasi untuk
menangkal kemungkinan kebutuhan masa depan.
- Konsumsi perkapita harus diperhatikan untuk
periode yang akan datang
2.
Kualitas
Kandungan
unsur-unsur dalam air yang tidak dikehendaki walau tidak ada efeknya terhadap
kesehatan seperti warna, bau, rasa kekeruhan dan kandungan zat besi tetap akan
menjadi syarat air minum yang harus diperhatikan keberadaannya.
Syarat-syarat
air minum yaitu :
a.
Fisik :
suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan
b.
Kimia :
derajat keasaman (pH), jumlah zat
padat, dan bahan kimia lainnya
c.
Biologi :
kuman-kuman parasit, kuman patogen dan
golongan Coli
d.
Radio aktif : sinar alfa, sinar beta
3.
Pertimbangan ekonomis dan aestetis
Biaya
fasilitas penanganan polutan, reservoir penyimpanan, sistem distribusi,
pemompaan dan pengolahan-pengolahan yang lain perlu dilakukan perencanaan,
seperti perencanaan teknis
C. Air Tanah
Sumber
air dalam tanah banyak memenuhi kebutuhan seperempat penduduk pada saat ini,
dan telah diperkirakan bahwa menjelang tahun 2000, ½ dari penduduk negara
Amerika Serikat akan memanfaatkan air tanah, dan akan meningkat 3 kali lipat
menurut Krieger (1969), Geragthy (1967) mencatat bahwa ada 20 kali lipat
penggunaan air tanah dibandingkan dengan yang menggunakan air sungai dan danau.
Air
tanah memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak memerlukan penyimpanan,
bersifat dingin dan bebas mikroba, tidak dipengaruhi secara langsung oleh musim
kering. Kekurangan air tanah adalah kandungan mineralnya terlalu tinggi yang
tidak terurai dan biaya pemompaan pada sumur yang dalam sangat tinggi.
D. Air Permukaan
Beberapa daerah terdapat air permukaan
yang melimpah dan bermutu tinggi. Karena adanya pencemaran air, maka diharuskan
adanya pemrosesan sebelum dipakai. Air permukaan ini banyak asalnya antara
lain:
1.
Sungai
Sungai
merupakan salah satu sumber penyediaan air pada saat ini. Kualitas air sungai
perlu dilakukan pengujian secara berkesinambungan untuk menentukan
karakteristik biologik dan kimia. Air minum yang diperoleh dari sungai harus diolah terlebih
dahulu sebelum digunakan karena kemungkinan air tersebut sudah tercemar oleh
bahan buangan baik dari rumah tangga, industri dan lain-lain.
2.
Danau
Danau
bisa dijadikan sumber air yang bernilai dibandingkan dengan sungai, pengolahan
secara kimiawi pada air danau dapat lebih terkontrol dengan mudah. Salah satu
cara untuk mendeteksi keberadaan bahan cemaran dalam air danau adalah melihat
dari pertumbuhan alga yang berlebihan. Di mana bahwa berkembangnya alga ini
didukung oleh adanya zat nitrat dan pospat. Zat ini biasanya ditemukan dalam
aliran kotoran dan pupuk, sehingga alga yang tumbuh sudah memberi isyarat bahwa
air tersebut sudah terkontaminasi.
3.
Lautan
Sebenarnya
air laut mempunyai potensi untuk menjadi pemasok utama akan kebutuhan air. Tapi
belum ada metode yang bisa digunakan yang lebih baik dan biaya murah untuk
penguapan dan penyulingan. Kemudian kandungan mineral pada air laut sangat
tinggi yaitu antara 30.000 – 35.000 mg/liter
E. Penjernihan
Alasan
utama penjernihan air dilakukan adalah untuk menjaga kesehatan masyarakat. Air
minum yang dipasok dari permukaan tanah biasanya dijernihkan secara ekstensif
karena air tersebut sudah terpolusi berat.
Untuk
penjernihan air yang secara sederhana ada beberapa metode yang digunakan
seperti penyaringan pasir lambat, penyaringan pasir cepat dan chlorinasi
BAB VII
AIR UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI DAN TEKNIK PENGELOLAANNYA
A. Pertimbangan khusus
Dalam industri, kuantitas air maupun
kwalitasnya menjadi pertimbangan yang besar secara ekonomis. Industri yang
membutuhkan air bersih, harus meningkatkan pengolahan limbahnya guna
mendapatkan tambahan air bersih dari hasil olahan tersebut.
1.
Kwalitas
Kwalitas
air yang digunakan untuk keperluan industri harus memenuhi syarat fisik, kimia,
bakteriologis dan radioaktif.
Industri
yang membutuhkan air yang bersifat khusus dan memenuhi syarat kesehatan adalah
industri minuman, industri makanan, industri susu, industri minyak makan dan
industri bahan pewarna baju.
2.
Kuantitas
Jumlah
kebutuhan air untuk industri tergantung dari jenis usahanya.
Kebutuhan
air di US adalah 3,5 x 1011 gal/hari pada tahun 1960, dengan
perincian 1,55 x 1011 gal/hari untuk industri, 1,95 x 1011
gal/hari untuk pertanian dan 2 x 1011 gal untuk keperluan dalam
kota, dari jumlah tersebut 70% akan dapat diolah kembali.
B. Daur Ulang
Ada 3 cara proses dasar
untuk pengolahan air yaitu:
1.
Secara physica
2.
Secara kimia
3.
Secara physica dan kimia
Proses
pengolahan air tergantung dari sifat air yang akan diolah.
Proses
fisika, dengan memisahkan bahan impuritis tanpa perubahan kimia.
Proses
kimia dengan memisahkan bahan impur dengan memperhitungkan bahwa kimia bisa
mengkontaminasi air.
Proses
fisika dan kimia adalah gabungan dari proses kimia dan proses fisica.
Cara
yang umum dipakai pada proses fisika adalah cara sedimentasi, filtrasi,
degasifikasi dan penyulingan.
Sedimentasi
adalah cara pemisahan dengan berdasarkan pada berat partikel dalam air. Pemisahan
partikel yang tidak berguna dan kadang-kadang menggunakan tempat sedimentasi
karena keterbatasan ruang.
Degastifikasi
atau stripping semacam aerasi atau cara melarutkan gas O2, CO2,
NH3 dan H2S adalah gas yang paling mudah
diproses/dipisahkan.
Distilasi
digunakan untuk mendapatkan air dengan kemurnian yang tinggi dengan pemisahan
larutan padat, cair dengan penguapan dan peleburan.
Cara
lain yaitu pertukaran ion atau ion exchange, oksidasi atau reduksi dan
intralisasi.
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
Pengolahan
limbah dapat secara:
- Terpisah
- Bergabung (domestik dan industri)
Pengelolaan
limbah secara terpisah, karena limbah domestik tidak selalu harus diolah
(tingkat polusinya tidak seperti yang ditimbulkan oleh limbah industriumnya
(bersifat racun dan menyebabkan perubahan suhu, sehingga jika dilakukan
pengelolaan bersama hanya memperbesar biaya.
Pengolahan
limbah secara bercampur / bergabung, dengan cara ini akan didapatkan penyamaan,
penipisan, netralisasi yang memungkinkan pencapaian hasil yang lebih
berkualitas, namun memerlukan biaya yang lebih besar, dan memerlukan operator
yang berkualitas. Terkadang memerlukan institusi resmi dalam
operasionalisasinya.
BAB IX
AIR LIMBAH DOMESTIK , INDUSTRI DAN TEKNIK PENGELOLAANNYA
A. Batasan Air Limbah
Air limbah adalah kombinasi dari
cairan dan sampah-sampah cairan bersama-sama dengan air tanah, air permukaan
dan air hujan yang mungkin ada (Metcalf dan Eddy). Menurut Ehlers dan Steek
yaitu cairan yang dibawah oleh saluran air buangan.
B. Sumber Air Limbah
Air limbah dapat berasal dari berbagai
sumber yang pada umumnya karena perbuatan manusia dan kemajuan teknologi.
Beberapa sumber air limbah antara
lain:
1.
Air limbah rumah tangga (domestic wastes water) yang
umumnya terdiri dari eksreta manusia, bekas air cucian.
2.
Air limbah perkotaan (municipal wastes water) yang
berasal dari perkantoran, perdagangan, hotel dan tempat-tempat umum lainnya.
3.
Air limbah industri (industrial wastes water) air
limbah yang berasal dari industri kecil maupun industri besar. Limbah ini
umumnya sulit cara pengolahannya. Zat yang terkandung didalamnya yaitu zat
pelarut, mineral logam dan lain-lain zat yang toksis.
C. Karakteristik Air Limbah
1.
Karakteristik kimiawi
Penggunaan
air secara domestik atau industrial umumnya memberikan kontribusi terhadap
pengotoran air. Bahan organik dan garam anorganik masuk kedalam air membentuk
suspensi sebagai koloid atau partikel. Limbah organik akan dimanfaatkan oleh
mikroba yang terdapat di lingkungan air sebagai makanannya.
Pengujian
air secara kimiawi antara lain digunakan test BOD dan COD.
Test
BOD (Biological Oxygen Demmand) adalah ukuran penggunaan oksigen oleh
mikroorganisme yang menstabilisasi pollutan organik dalam lingkungan
alamiahnya. Tidak semua bahan organik secara alamiah dan cepat dapat mengalami
dekomposisi menjadi karbon dioksida, secara konvensional pengujian BOD
membutuhkan waktu sekitar 5 hari.
Test
COD (Chemical Oxygen Demmand) dikembangkan setelah ditemui banyaknya
keterbatasan dari pengujian BOD. Pengujian COD dapat diselesaikan dalam waktu 2
jam atau bisa lebih cepat. Caranya yaitu sampel air limbah direbus dengan
penambahan asam sulfat dan diukur oksidasinya. Beberapa bahan yang tak dapat
didegradasi secara mikribial akan dipecah dalam pengujian COD. Oleh karenanya
COD dan BOD biasanya mempunyai hubungan yang erat secara eksprimental.
2.
Karakteristik Fisik
Air
limbah domestik bervariasi tergantung dari suhu, biasanya kental, berwarna
keabu-abuan dan mengandung kerosin, di sini tidak dibutuhkan pengujian bau dari
air limbah.
3.
Karakteristik Biologi
Yang
paling berbahaya secara biologis dari air limbah domestik adalah terdapatnya
mikroorganisme patogen yang endemik yang memberi dampak pada kesehatan
masyarakat.
D. Sistem Penanganan
Setelah
air mengalami perlakuan-perlakuan tertentu, kemudian didistribusikan dan
dimanfaatkan, maka kebanyakan akan menjadi air limbah dan perlu penanganan atau
pengolahan lagi.
Air
limbah biasanya dihubungkan dengan instalasi pengolahan air dan dirangkaikan
dengan sistem dengan sistem penampungan dengan menggunakan sistem arus
gravitasi. Faktor ini merupakan faktor utama dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Terjadinya
reaksi SO-24 menjadi H2S oleh mikroba karena
ketiadaan oksigen yang terlarut dan keadaan polusi organik, sering terjadi pada
penampungan air limbah.
H2S
mempunyai potensi untuk menimbulkan kematian melalui paralisa pada alat
olfactor. Paint blackning timbul kalau H2S bereaksi dengan cat basa.
E. Pengolahan Air Limbah
Berbagai
metode yang telah dikembangkan untuk menghilangkan berbagai macam bentuk
cemaran dari air limbah.
Proses
pengolahan ini dibagi 3 kategori:
1.
Pengolahan secara fisik
Pengolahan
pada jenis ini meliputi pagar penghalang, pengendapan, penggumpalan,
penyaringan, osmoe bolak balik, destilasi dan pendinginan.
Ukuran
partikel yang menentukan metode pembuangan, dimana yang besarnya < 1 mikron
sulit mengendap sedang partikel sebesar bakteri akan membentuk gumpalan yang
lebih besar sehingga mudah diendapkan. Reverse osmose dan destilasi berguna
untuk memisahkan garam terlarut. Penghilangan zat organik terlarut relatif
lebih mahal dan digunakan pada proses pengolahan lanjut seperti pengolahan
tersier.
2.
Pengolahan secara biologi
Pengolahan
air limbah secara biologi meliputi reaksi-reaksi aerob dan an aerob.
Dua
komponen yang dapat dinetralisir pada proses biologi dari air limbah adalah zat
organik dan nitrogen. Oleh karena polusi zat organik merupakan sumber makanan
bagi mikroorganisme, maka prinsip pengolahan secara biologi adalah
mengkontakkan zat organik tersebut dengan makroorganisme konsentrasi tinggi.
Kondisi
lingkungan perlu dijaga untuk t mempertahankan tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme pada proses pengolahan tersebut, seperti oksigen, makanan an
organik, pH dan temperatur.
Pada
proses pengolahan secara biologi yang an aerob akan terjadi proses transformasi
bakteri yang komplek dalam mencerna bahan organik dan menghasilkan gas metan
yang dapat dibakar.
Proses
secara an aerob memiliki kelebihan yaitu tidak memerlukan energi karena tidak
perlu penambahan oksigen dan gas metan yang dihasilkan dapat dimanfaatkan.
3.
Pengolahan secara kimia
Pengolahan
secara kimia dari air limbah saat ini lebih banyak tidak dipergunakan karena
biaya yang sangat mahal. Namun demikian dengan persyaratan air limbah yang
semakin ketat terpaksa pengolahan secara kimia kadang-kadang masih digunakan.
Pada
umumnya kecuali untuk desinfeksi, pengolahan air limbah mempergunakan koagulan
semacam kapur, aluminium atau garam-garam feri dan kali elektrolit sintesis,
klorin dapat digunakan untuk mengubah nitrogen amonia menjadi gas nitrogen yang
lepas dari air.
F. Pengaruh Air Limbah Terhadap Lingkungan
Air limbah sering menyebabkan
perubahan yang spesifik, sebagai contoh polutan organik menyebabkan hilangnya
oksigen yang mempengaruhi kehidupan ikan.
Nitrogen
dan fosfor merangsang pertumbuhan ganggang, logam berat dan bahan organik
bandel dapat terakumulasi dalam mata rantai.
1.
Pengaruh air limbah pada sungai
Habisnya
oksigen karena bahan organik dari air limbah menyerap oksigen yang berada pada
sungai penerima. Sebenarnya sungai punya kemampuan untuk mengolah atau
menetralkan bahan-bahan cemaran tersebut, namun BOD air limbah sering kali
melampaui kepastian aerasi kembali dari sungai tersebut.
Akibat
yang terjadi apabila oksigen mengalami penurunan kadar bahkan bisa habis menyebabkan
ikan-ikan dalam kondisi kritis, disamping itu menimbulkan bau yang kurang
sedap.
2.
Pengaruh air limbah pada danau
Nitrogen
dan fosfor dari air limbah akan merangsang pertumbuhan ganggang yang berada di
danau. Kualitas estetik dan reaksi dari suatu danau sangat menurun, bila danau
berubah airnya karena pertumbuhan ganggang yang tak terkendali. Di waktu siang
ganggang memproduksi oksigen, tetapi di waktu malam menghisap oksigen sampai
menjadi nol. Akibatnya ikan-ikan terbunuh. Problem bau dan rasa seringkali
terjadi akibat pertumbuhan ganggang yang tak terkendali, juga bisa mematikan
ternak apabila meminum air tersebut.
3.
Pengaruh air limbah pada estuari
Habitat
estuari terbentuk dimana air tawar mengalir kedalam air asin, selinitas
menengah sangat vital bagi siklus kehidupan dari banyak makhluk laut. Estuari
dianggap sebagai tempat perawatan bagi masa muda sebagian besar makhluk laut.
Rawa
dan sungai yang mengalir ke estuari membawa makanan bagi mikroorganisme, yang
penting bagi makhluk yang lebih besar seperti ikan dan udang. Adanya air limbah
mempengaruhi habitat estuari dan suplai makanan dari udang dan ikan muda.
4.
Pengaruh air limbah pada lautan.
Produktivitas
lautan diasosiasikan dengan perairan pantai yang tugasnya relatif kecil. Lautan
terbuka kekurangan zat makanan dan mempunyai produktivitas sangat terbatas pada
bagian rantai makanan. Nitrogen, biasanya termasuk makanan pembatas dalam
lautan, sedangkan fosfor ada secara berlebihan. Herbisida, pestisida dan logam
berat mempunyai pengaruh buruk pada lautan.
G. Pemanfaatan Kembali Air Limbah
Pemanfaatan
kembali air limbah merupakan suatu keharusan mengingat jumlah air tetap. Banyak
persoalan yang terkait sehubungan dengan:
1.
Seberapa cepat air dimanfaatkan kembali, dan
2.
Treatment apa yang dilakukan sebelum digunakan kembali
Pemanfaatan kembali limbah domestik
yang mendapatkan perlakuan sekunder perlu dibatasi, meski air limbah
dimanfaatkan kembali untuk keperluan yang membutuhkan kualitas lebih rendah.
Beberapa azas penting perlu dilakukan
sebelum pemanfaatan kembali air limbah untuk keperluan domestik yaitu meminta
persetujuan masyarakat dan sebelum digunakan harus didiamkan selama mungkin.
Pengolahan air limbah untuk:
1.
Melindungi manusia dari akan pencemaran
2.
Tercapainya proses daur ulang
Bila
air buangan tidak diolah maka:
1.
Dapat menimbulkan pencemaran dan bahaya kontaminasi
2.
Dapat mengganggu kehidupan dalam air
3.
Dapat menimbulkan bau yang tidak enak
4.
Proses dekomposisi menghasilkan lumpur / endapan
